Senin, 24 Desember 2007

Resep Ampuh Jadi Pribadi Tangguh

Resep Ampuh Jadi Pribadi Tangguh

Baik buruknya kehidupan kita ternyata sangat ditentukan oleh pikiran.
Kendalikan pikiran ke arah positif, maka kita tidak menjadi sosok
emosional melainkan faktual. Hidup kita akan bahagia, percaya diri,
optimis, dan penuh gairah.

Pikiran merupakan kekuatan paling menakjubkan yang dianugerahkan
Tuhan kepada manusia. Dengan kekuatan pikiran, manusia mampu menembus
dasar bumi, menyelami kedalaman samudra, dan menjelajahi angkasa
luar. Dengan kekuatan pikiran, manusia melahirkan ilmu-ilmu
pengetahuan, membangun harapan-harapan baru, dan membuat mimpi-mimpi
menjadi kenyataan. Bahkan, dengan kekuatan pikiran, kualitas hidup
seseorang bisa ditentukan.

Para pakar kejiwaan memandang pikiran sebagai faktor terpenting bagi
kehidupan manusia. Hampir semua sistem kehidupan kita, gerak tubuh,
suasana hati, bahkan hidup kita, dikontrol oleh pikiran. Ketika kita
melihat pacar atau pasangan kita berjalan di depan kita, pikiran kita
mungkin akan memerintahkan mulut kita untuk menegurnya, menyuruh kaki
kita mempercepat langkah, atau meminta kita untuk tidak melakukan apa-
apa.

Demikian pula halnya dengan perasaan kita, dengan informasi yang
terkumpul di otak, pikiran memberikan perintah-perintah khusus
kepada "hati" untuk menentukan suasana yang diinginkan. Umpamanya,
suatu hari kita ditinggal kekasih, pikiran kita akan memilih
informasi-informasi yang berhubungan dengan kehidupan cinta kita
dengannya, yang terekam oleh otak. Katakanlah pikiran kita memilih
informasi yang berhubungan dengan hal-hal indah, yang pernah kita
alami bersamanya. Pikiran kita akan mengolahnya dan menghasilkan
instruksi, umpamanya, kita menyesal dan sedih karena semua keindahan
itu harus berakhir.

Instruksi akan diteruskan ke "hati" melalui perangkat psikologis
kita, dan perasaan kita pun menjadi sedih. Sebaliknya, apabila
pikiran kita memilih informasi-informasi yang berhubungan dengan hal-
hal menyebalkan dari si dia, umpamanya hidung peseknya, kebiasaan
buruknya, atau kesukaannya berutang, pikiran kita akan mengolahnya
menjadi instruksi bahwa kita senang dan bahagia karena mimpi buruk
itu telah berakhir. Hati kita pun senang karenanya.

Faktual dan sensitif

Bila pengaruh pikiran sangat kuat terhadap perasaan kita, berarti
kita orang faktual, orang yang selalu bertindak atau bersikap
berdasarkan fakta. Tetapi bila pengaruh pikiran sangat lemah terhadap
perasaan kita, maka kita termasuk orang sensitif.

Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya,
pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara
lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang
sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat
merespons realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah
kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung
memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi
dengan perasaannya.

Untuk memperjelas, ambilah contoh seseorang tanpa sengaja melihat
kekasihnya tengah duduk berdua dengan orang lain yang berlainan jenis
kelamin dan tidak ia kenal. Bila dia orang sensitif, otaknya merekam
semua kejadian yang dilihatnya. Pikirannya tidak mengolah melainkan
langsung meneruskannya ke dalam "hati" untuk diolah. Karena "hati"-
nya yang mengolah, ia mungkin segera mendatangi mereka dan tanpa
babibu langsung melayangkan bogem mentah.

Sebaliknya, bila ia seorang faktual, kejadian-kejadian tadi direkam
di otaknya, diolah terlebih dahulu oleh pikiran sebelum diteruskan
ke "hati". Pikirannya akan membuat pertimbangan-pertimbangan yang
diperlukan. Bila kekurangan data, maka ia akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, kemungkinan orang lain itu
adalah saudara atau sahabat kekasihnya. Atau mungkin pula teman
selingkuh kekasihnya. Kemungkinan-kemungkinan itu kemudian diteruskan
ke "hati" sebagai perasaan ingin tahu. Karena pertimbangan pikiran
inilah ia mungkin akan mendekatinya untuk mencari tahu hal
sebenarnya, ketimbang langsung menghakimi.

Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh
perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, orang sensitif
cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan,
tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.

Persepsikan kenyataan secara positif

Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan
juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat
mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi
berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau
bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf,
Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh
pikiran".

Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi
senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu
pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.

Rasanya memang sulit dipercaya. Namun, itulah adanya. Stanley R.
Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar
rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu
akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita
menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu
sangat tergantung pada cara kita berpikir."

Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita
orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling
membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan
melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil
merasakan kesejukan embun, tanpa mempedulikan kantung yang semakin
kempis, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik.
Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang
dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan kehidupan kita. Yang
kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.

Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan pikiran. Jangan biarkan
pikiran kita membuat perasaan menjadi tidak enak. Senantiasa
persepsikan kenyataan secara positif.

"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit
apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor
dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana
ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif," kata Dale
Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.

Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah
mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah
menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan
bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.

Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat,
senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan.
Selanjutnya, biarkan diri relaks, pandang kenyataan di hadapan kita
secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari
apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat
mengembalikan kegembiraan kita.

"Kalau ada masalah, relakslah. Santai saja. Pikirkan saja apa yang
akan Anda lakukan selanjutnya, dan apa tindakan Anda untuk itu," kata
Welty.

Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau
kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya. Jangan biarkan masalah
apa pun membuat kita patah semangat. Berpikirlah pada hal-hal positif
yang bisa dilakukan. Biarkan semua masalah berlalu tanpa meninggalkan
luka fatal.

Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh.
Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan
lebih mudah mencapai cita-cita. Bukan cuma itu, pikiran positif serta
kepercayaan diri kita akan menarik orang lain bergabung dengan kita.
Mereka tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri menghadapi semua
masalah. Malah dengan senang hati akan menemani dan membantu kita
melewati semua kesulitan. Dan yang lebih penting, hidup kita akan
menjadi lebih menyenangkan.

Sumber: Disadur dari Majalah Intisari Edisi Maret 2001

Tidak ada komentar: