Senin, 31 Desember 2007

JAwabannya adalah Rido

dua hari sudah aku bersedih

saat sepi air mata mengalir sendiri

lebih banyak merenung

terkadang juga melamun



ku tanyakan pada diriku...

kenapa aku aku menangis dan bersedih

apa yang kau tangisi?

apa yang membuatmu besedih?



di depan cermin kulihat jawaban gelengan

benarkah aq tak tau apa yang sedang kulakukan?

entahlah ....

sesuatu yang tak dapat didefinisikan



kalau memang aku terluka

siapa yang telah melukai?

kalau memang aku kecewa

apa yang membuatku kecewa?



padahal begitu besar nikmatNya buatku

padahal begitu banyak orang yang mencintaiku

ya allah ampuni aku

ya allah bebaskan hamba dari kondisi ini



yang ku tau ada impian yang terenggut

ada kewajiban untuk pasrah dan menyerah

dan sebuah pilihan tepat telah kupilih

yang saat ini masih menyisahkan kepedihan hati

Lil Bi wa Ummi

Dear umik wa abuya


Aku menyerah

Aku terima semua keputusan

aku hentikan perjuangan

aku tinggalkan petempuran



aku menyerah

biar sampai disini saja

cukup, cukup tidak akan lagi

kapok aku berjanji



aku menyerah

ku bunuh semua mimpi

ku putuskan semua cita

ku akhiri semuanya



aku menyerah

aku mengaku kalah

aku akan pasrah

aku mau menerima



aku menyerah

ku hentikan langkah

ku penggal harapan

ku siap mau diapakan



aku menyerah

biar aku saja yang menanggung

biar aku saja yang perih

biar dan cukup aku yang terluka



aku menyerah

tanpa perlawanan apa-apa

tak perlu lagi angkat senjata

karena aku sudah lelah



aku menyerah

karena rasa bersyukurku padaNya

aku menyerah

karena rasa cintaku pada keduanya



aku menyerah selamanya

karena aku tidak ingin

ada air yg menetes lagi di pipinya

karena aku tidak ingin

tidak dapat ridho dari mereka



aku menyerah selamanya

aku rela dengan segala cara

semoga jadi pelebur dosa

semoga penduduk langit menyukainya

Rabu, 26 Desember 2007

Kasidah dan BUrdah

Kasidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan, hingga kini masih sering dibacakan di sebagian pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.


Pengarang Kasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Dia keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufi besar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas al-Mursi - anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al Bushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritas di Mesir.

Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.

Sebagian ahli sejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalin naskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam Kamus Munjibnya.

Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraan Arab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalam kesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagai kesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku dengan uraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya, syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan religius yang Islami.

Kasidah Burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.

Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkan pada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo.

Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itu merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al Quran dan Hadis.

Sejarah Ringkas Kasidah Al-Burdah

Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain :
1. Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bias dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.

Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi Muhammad SAW yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam). Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham, dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat fd dan diteruskan secara turun temurun.

Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah SAW kepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yang senantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasa terancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarah para sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kcpadanya, yang isinya antara lain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, karena Rasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertobat). Setelah memahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya dan bertobat.

Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui ‘tangan’ Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepada Rasulullah SAW. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampai Rasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.

Ka’ab kemudian menggubah kasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini disebut pula dengan Kasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligrafer Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat al-Arabi.

Di samping itu, ada sebab-sebab khusus dikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. di mana Nabi mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Nabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.

Pemikiran-Pemikiran Bushiri dalam Al-Burdah Burdah dimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yang dialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzu Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalam mengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana ia memperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampung halamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :

Amin tadzakurin jiranin bi Dzi Salami
Mazajta dam ‘an jara min muqlatin bi dami?
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam
Yang air matanya tercucur bercampur darah?

Kemudian ide-ide al-Bushiri yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yang menggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentang pengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namun jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi. Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18, yang isinya antara lain :

Wa an-nafsu kattifli in tuhmiihu syabba ‘ala
Hubbi ar-radha’i wa in tufhimhu yanfatimi
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek
Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.

Dalam ajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendak hawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan, karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang, kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang. Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga, jangan diperturutkan (bait 19-25).

Selanjutnya, ajaran Imam al-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada Nabi Muhammad SAW. la menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti dalam bait 34-59 :

Muhammadun sayyidui kaunain wa tsaqaulai
Ni wal fariqain min urbln wa min ajami
Muhammad adalah raja dua alam : manusia dannjin
Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab.

Pujian al-Bushiri pada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu mukjizat paling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quran adalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk oleh perubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif dengan berbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quran memiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memiliki konteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat temporal. Kitab Al Quran solamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat Islam.

Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapa kasidah lain di antaranya a!-Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashldah al-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai oleh kehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.

Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia. bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.

Oleh Imam Saiful Mu’minin AR*
*Penulis adalah anggota Forum Mubahasah Seni dan Budaya LEMKA,
Jakarta.

Sumber: http://www.amanah.or.id/detail.php?id=666

Senin, 24 Desember 2007

Resep Ampuh Jadi Pribadi Tangguh

Resep Ampuh Jadi Pribadi Tangguh

Baik buruknya kehidupan kita ternyata sangat ditentukan oleh pikiran.
Kendalikan pikiran ke arah positif, maka kita tidak menjadi sosok
emosional melainkan faktual. Hidup kita akan bahagia, percaya diri,
optimis, dan penuh gairah.

Pikiran merupakan kekuatan paling menakjubkan yang dianugerahkan
Tuhan kepada manusia. Dengan kekuatan pikiran, manusia mampu menembus
dasar bumi, menyelami kedalaman samudra, dan menjelajahi angkasa
luar. Dengan kekuatan pikiran, manusia melahirkan ilmu-ilmu
pengetahuan, membangun harapan-harapan baru, dan membuat mimpi-mimpi
menjadi kenyataan. Bahkan, dengan kekuatan pikiran, kualitas hidup
seseorang bisa ditentukan.

Para pakar kejiwaan memandang pikiran sebagai faktor terpenting bagi
kehidupan manusia. Hampir semua sistem kehidupan kita, gerak tubuh,
suasana hati, bahkan hidup kita, dikontrol oleh pikiran. Ketika kita
melihat pacar atau pasangan kita berjalan di depan kita, pikiran kita
mungkin akan memerintahkan mulut kita untuk menegurnya, menyuruh kaki
kita mempercepat langkah, atau meminta kita untuk tidak melakukan apa-
apa.

Demikian pula halnya dengan perasaan kita, dengan informasi yang
terkumpul di otak, pikiran memberikan perintah-perintah khusus
kepada "hati" untuk menentukan suasana yang diinginkan. Umpamanya,
suatu hari kita ditinggal kekasih, pikiran kita akan memilih
informasi-informasi yang berhubungan dengan kehidupan cinta kita
dengannya, yang terekam oleh otak. Katakanlah pikiran kita memilih
informasi yang berhubungan dengan hal-hal indah, yang pernah kita
alami bersamanya. Pikiran kita akan mengolahnya dan menghasilkan
instruksi, umpamanya, kita menyesal dan sedih karena semua keindahan
itu harus berakhir.

Instruksi akan diteruskan ke "hati" melalui perangkat psikologis
kita, dan perasaan kita pun menjadi sedih. Sebaliknya, apabila
pikiran kita memilih informasi-informasi yang berhubungan dengan hal-
hal menyebalkan dari si dia, umpamanya hidung peseknya, kebiasaan
buruknya, atau kesukaannya berutang, pikiran kita akan mengolahnya
menjadi instruksi bahwa kita senang dan bahagia karena mimpi buruk
itu telah berakhir. Hati kita pun senang karenanya.

Faktual dan sensitif

Bila pengaruh pikiran sangat kuat terhadap perasaan kita, berarti
kita orang faktual, orang yang selalu bertindak atau bersikap
berdasarkan fakta. Tetapi bila pengaruh pikiran sangat lemah terhadap
perasaan kita, maka kita termasuk orang sensitif.

Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya,
pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara
lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang
sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat
merespons realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah
kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung
memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi
dengan perasaannya.

Untuk memperjelas, ambilah contoh seseorang tanpa sengaja melihat
kekasihnya tengah duduk berdua dengan orang lain yang berlainan jenis
kelamin dan tidak ia kenal. Bila dia orang sensitif, otaknya merekam
semua kejadian yang dilihatnya. Pikirannya tidak mengolah melainkan
langsung meneruskannya ke dalam "hati" untuk diolah. Karena "hati"-
nya yang mengolah, ia mungkin segera mendatangi mereka dan tanpa
babibu langsung melayangkan bogem mentah.

Sebaliknya, bila ia seorang faktual, kejadian-kejadian tadi direkam
di otaknya, diolah terlebih dahulu oleh pikiran sebelum diteruskan
ke "hati". Pikirannya akan membuat pertimbangan-pertimbangan yang
diperlukan. Bila kekurangan data, maka ia akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, kemungkinan orang lain itu
adalah saudara atau sahabat kekasihnya. Atau mungkin pula teman
selingkuh kekasihnya. Kemungkinan-kemungkinan itu kemudian diteruskan
ke "hati" sebagai perasaan ingin tahu. Karena pertimbangan pikiran
inilah ia mungkin akan mendekatinya untuk mencari tahu hal
sebenarnya, ketimbang langsung menghakimi.

Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh
perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, orang sensitif
cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan,
tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.

Persepsikan kenyataan secara positif

Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan
juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat
mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi
berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau
bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf,
Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh
pikiran".

Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi
senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu
pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.

Rasanya memang sulit dipercaya. Namun, itulah adanya. Stanley R.
Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar
rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu
akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita
menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu
sangat tergantung pada cara kita berpikir."

Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita
orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling
membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan
melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil
merasakan kesejukan embun, tanpa mempedulikan kantung yang semakin
kempis, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik.
Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang
dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan kehidupan kita. Yang
kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.

Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan pikiran. Jangan biarkan
pikiran kita membuat perasaan menjadi tidak enak. Senantiasa
persepsikan kenyataan secara positif.

"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit
apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor
dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana
ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif," kata Dale
Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.

Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah
mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah
menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan
bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.

Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat,
senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan.
Selanjutnya, biarkan diri relaks, pandang kenyataan di hadapan kita
secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari
apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat
mengembalikan kegembiraan kita.

"Kalau ada masalah, relakslah. Santai saja. Pikirkan saja apa yang
akan Anda lakukan selanjutnya, dan apa tindakan Anda untuk itu," kata
Welty.

Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau
kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya. Jangan biarkan masalah
apa pun membuat kita patah semangat. Berpikirlah pada hal-hal positif
yang bisa dilakukan. Biarkan semua masalah berlalu tanpa meninggalkan
luka fatal.

Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh.
Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan
lebih mudah mencapai cita-cita. Bukan cuma itu, pikiran positif serta
kepercayaan diri kita akan menarik orang lain bergabung dengan kita.
Mereka tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri menghadapi semua
masalah. Malah dengan senang hati akan menemani dan membantu kita
melewati semua kesulitan. Dan yang lebih penting, hidup kita akan
menjadi lebih menyenangkan.

Sumber: Disadur dari Majalah Intisari Edisi Maret 2001

Minggu, 23 Desember 2007

Cermin Seekor Burung

Cermin Seekor Burung

KETIKA musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan
tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak
bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu
menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin
dan sejuk.

Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin
sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju,
makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya
terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si
burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah
tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau
yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang
datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan
mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk
menolongnya.

Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di
atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si
kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan
mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak
dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa
mati tak bisa bernapas.

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada
bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas
lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak
kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber
suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang
nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih
menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan
menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik
hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita
bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.
Hmm... tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang
acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih
hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan
tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan
nikmat yang sekejap. Burung pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah
kita...
Sumber: SM-CN