Jumat, 15 Februari 2008

Cermin Seekor Burung

KETIKA musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan
tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak
bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu
menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin
dan sejuk.

Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin
sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju,
makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya
terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si
burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah
tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau
yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang
datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan
mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk
menolongnya.

Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di
atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si
kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan
mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak
dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa
mati tak bisa bernapas.

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada
bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas
lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak
kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber
suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang
nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih
menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan
menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik
hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita
bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.
Hmm... tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang
acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih
hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan
tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan
nikmat yang sekejap. Burung pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah
kita...
Sumber: SM-CN

Kamis, 14 Februari 2008

Sempurna...

baru aja saya mendengar nyanyian anak - anak himpunan dengan iringan gitar, lagunya cukup enak di dengar di lirik terakhir reff lagu tersebut ada kata :" sempurna...."
mendengar kata-kata sempurna identik dengan sesuatu yang tanpa cacat sedikitpun, orang2 bertipe melankolis biasanya yang memiliki sifat ini.
mereka yang melankolis selalu berharap, bercita-cita juga menilai segala sesuatu dengan penuh perhitungan dan sangat takut bila gagal dan tak sempurna.
sebenarnya yang mau saya ungkapkan disini bukan mengeksplore character melankolis yang sempurna. tapi saya hanya ingin menyadarkan diri bahwa saya adalah manusia yang jauh dari sempurna. dan kesempurnaan itu hanya milik Allah swt.
wal hasil, tidak pantaslah saya mengeluh dengan ketidak sempurnaan orang- orang disekitar saya. dan tidak seharusnya saya kecewa masa lalu orang yang jelas mencintai saya saat ini.
jadi inget kata Aa Gym: biasanya orang yang kecewa itu orang yang imannya lemah, sehingga nikmat syukur dalam dirinya telah di cabut oleh Allah.( naudzubillahi mindzalik).
jadi sebenernya ga ada yang perlu di kecewakan, karena begitu besar nikmat Allah buat kita. teman2, orang tua, harta kita, suami kita, anak-anak kita semua milik Allah dan yang memberi mereka untuk mencintai dan menyayangi kita juga Allah, semua hanya titipan. jadi serahkan semuanya pada Allah. klo kita kecewa dengan mereka semua artinya kita kecewa pada Allah, masyaallah ..berapa banyak nikmat allah???
ya...mesti sering-sering istighfar ni..Ya..Allah jadikan hambamu ini orang yang bersyukur , amin:)

Pelajaran Pertama

"istriku aku ingin mendengarkanmu membacakan doa untukku, siapa lagi yang peduli saat sakit begini kecuali engkau istriku".ini adalah petikan percakapan pasutri muda di ponsel, sebuah permintaan seorang suami yang sedang sakit yang berada di seberang pada istrinya.

seandainya, sang istri menyambut permintaan/kata2 suaminya dengan simpel dan mudah, dan kemudian mendokan suaminya langsung di pembicaraan dalam ponsel itu, maka habislah perkara. suami lega dan bahagia mendengarkan bacaan doa sang istri dan istripun pendapatkan pahala tak ternilai disisiNya karena sebuah ketaatannya pada suami,keredhoan suaminyapun adalah doa bagi sang istri.

tapi sayang masalahnya nggak se simple itu ternyata, sang istri sengaja menunda mendoakan suaminya langsung di telpon dengan berbagai alasan juga pertimbangan.
sang istri merasa tiap saat dia telah mendoakan suaminya tanpa diminta sekalipun, ia selalu mendokannya..jadi kan ga harus didengar suaminya, selain itu isteri yang baru mengenal suaminya dalam usia pernikahan masih hitungan hari belum siap, harus berkata2 mesra juga membacakan doa terang-terangan di depan laki2 yang sebelumnya belum pernah sama sekali dia lakukan pada laki2 lain.
sebuah rasa hayya/ malu, takut tidak sempurna di depan suaminya, dan apakah doa yang dia hapal itu yang diharrapkan suaminya? mengingat sang istri merasa jauh tak sempurna di banding suaminya.

dan jauh diseberang sana sang suami bertanya- tanya mengapa istriku tak mau membacakan doa untukku? apakah dia tak berharap aku lekas sembuh, apa dia tidak mencintaiku? istriku sampai kapan aku menunggu dibacakan doa dari dari bibirmu?kenapa kau tak segera menyambutku saat aku berharap darimu?

kejadian diatas adalah sebuah bukti sekaligus contoh konkret yang sangat mungkin terjadi dalam usia pernikahan sangat-sangat muda( hitungan hari), yang dalam proses sebelum menikah tanpa pacaran. hayya/ malunya seorang istri berkata-kata mesra karena belum terbiasa diartikan lain oleh sang suami. tapi apakah sang suami mengerti hal ini? bila sang istri tidak pernah mengungkapkannya? dan apakah alasan tersebut bisa diterima oleh sang suami?
oooo Allahhu akbar bila kedua belah pihak tidak pernah tau juga bisa mengerti tidak menutup kemungkinan peristiwa-peristiwa sepele seperti ini bisa jadi dzon-dzon yang mengakibatkan hilangnya sakinah wamadah wa rahma dalam pernikahan.

subhanallah, disini jelas keagungan ayat2 allah terbukti bahwa mahluk yang bernama wanita tidaklah sama dengan laki-laki, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
dan hawa tercipta dari tulang rusuk adam yang bengkok. yang jika dipaksa diluruskan akan patah jika dibiarkan saja akan tetap bengkok.
kesimpulannya, dibutuhkan saling mengenal, mengerti dan memahami dalam membina rumah tangga
wallahu alam bishowab